Subscribe:

Belajar Bahasa Devayan-Simolol

Kamis, 30 Juni 2011

Hari Ini akan Terjadi Gempa

Ada 100 persen kemungkinan akan terjadi gempa bumi hari ini. Meskipun jutaan orang di bumi ini tidak pernah merasakan gempa tersebut, karena gempa adalah kejadian sangat umum di planet ini. Jadi, hari ini gempa bisa saja akan terjadi. 
Gempa dimungkinkan terjadi setiap harinya mulai dari yang paling kecil skala richternya dan hanya alat sensitif yang dapat merasakan gerakannya sampai yang dapat mengguncang rumah, mainan, jendela, dan memindahkan benda-benda yang ada di rumah, atau getaran rambatan yang cukup kuat sehingga menyebabkan kerusakan, kematian, dan cedera.
Diperkirakan bahwa ada sekitar 700 guncangan gempa atau lebih dapat terjadi setiap tahunnya dan akan memiliki efek bencana ketika gempa berpusat di daerah penduduk. Tapi untungnya, sebagian besar pusat gempa yang berpotensi merusak berada di daerah tidak berpenghuni yang jauh dari peradaban manusia.

13093947281591365933
Gempa Hari ini (Sumber USGS)
Sebagian besar dari gempa bumi di dunia berada di sekitar tepi Samudera Pasifik (Ring of Fire), dan sebagian besar dari wilayah Indonesia berada pada daerah tersebut. Seismolog dunia menyebutnya sebagai Sabuk Sirkum Pasifik, Lokasi ini adalah lokasi yang paling mungkin untuk terjadinya gempa saat ini. Begitupun gempa bisa saja menghantam lokasi manapun, karena sebenarnya tidak ada daerah sepenuhnya yang bebas dari gempa bumi di dunia ini.
Menyatakan bahwa gempa bumi akan terjadi hari ini bukanlah sebuah prediksi. Karena untuk saat ini, gempa sebenarnya tidak dapat diprediksi. Siapapun bisa membuat pernyataan akan adanya gempa hari ini dan itu akan benar-benar terjadi. Karena diketahui ada beberapa ratus sampai jutaan gempa bisa terjadi setiap tahunnya, dengan demikian ada ribuan gempa dapat terjadi untuk setiap harinya, meskipun kebanyakan terlalu kecil untuk dirasakan.
Masalahnya adalah ilmu manusia sampai saat ini belum dapat memprediksi di daerah mana persisnya gempa kuat akan terjadi dan kapan waktu pastinya. Karena gempa adalah sebuah kepastian, gempa adalah sebuah fenomena Pemilik Alam ini, semakin tua bumi maka akan semakin sering terjadinya gempa, hingga kelak suatu saat nanti tiba masanya bumi dan se isinya akan hancur kembali.
Tulisan ini pernah dimuat di kompasiana 

Protected by Copyscape Web Plagiarism Detection

Selasa, 28 Juni 2011

Titik Krusial Radio dalam Kejadian Bencana


Bencana merupakan sebuah kejadian luar biasa yang terjadi di luar kehendak manusia. Saat bencana terjadi hal pertama kali yang yang harus dilakukan adalah pemberian bantuan kemanusiaan pada masa tanggap darurat. Data pasca bencana  bermakna untuk akurasi dan besarnya kebutuhan bantuan yang akan diberikan. Semakin cepat dan semakin valid data yang didapat maka akan semakin mempercepat penanganan persoalan pasca bencana dan akan semakin meminimalkan akibat yang dapat ditimbulkan dari sebuah bencana.

Kita tahu bahwa pada saat bencana terjadi, terlebih bencana yang berkaitan dengan gempa bumi dan tsunami hal yang selalu sulit dilakukan adalah pengumpulan data. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui jejaring sistem komunikasi Hand Phone (HP)  yang dapat diminta melalui wilayah kecamatan dan desa. Gempa dan tsunami dengan Skala Richter (SR) yang besar akan mengganggu sistem pengumpulan data melalui jejaring komunikasi HP ini, berhubung rata-rata Base Transmitter System (BTS) GSM  mendapat gangguan. Gangguan ini disebabkan oleh terputusnya aliran listrik yang men supply  BTS sehingga tidak dapat berfungsi normal.

Dalam persoalan pengumpulan data dan informasi ini diperlukan solusi yang tepat dan cepat. Bila terjadi gangguan telekomunikasi via HP saat bencana maka salah satu cara pengumpulan informasi tradisional adalah melalui kurir. Persoalannya adalah informasi yang akan diterima lewat kurir tidak lagi ideal, karena membutuhkan waktu yang relatif lama. Waktu yang lama tentu akan menimbulkan keterlambatan evaluasi keadaan dan kebutuhan.

Radio amatir merupakan cara yang relatif lebih baik sebagai pengganti informasi oleh HP. Dibuktikan pada saat bencana tsunami Aceh terjadi, dimana RAPI (Radio Amatir Antar Penduduk) memberikan informasi secara berantai keadaan Aceh waktu itu, sehingga sangat membantu penanganan tsunami Aceh.

Pasca tsunami Aceh tahun 2004 lalu, Badan Koordinasi Nasional  Penanggulangan Bencana Dan Penanggulangan Pengungsi (BAKORNAS PBP) kini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan kesepakatan kerjasama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dalam hal sistem pelayanan informasi dan komunikasi penanggulangan bencana dengan maksud dan tujuan untuk membangun kemitraan antara Bakornas PBP dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) sebagai perwujudan rasa tanggung jawab bersama dalam upaya penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi melalui pemanfaatan sistem pelayanan informasi dan komunikasi radio antar penduduk serta untuk meningkatkan koordinasi pemanfaatan informasi dan komunikasi secara cepat, tepat dan terpadu dalam kegiatan kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi.
Sistem Informasi Darurat yang dikembangkan oleh tim COMBINE Resource Institution di Kepulauan Mentawai
Kita tahu bahwa Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) adalah organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang komunikasi radio antar penduduk, dalam pembinaan organisasi dan anggota selalu memotivasi anggota untuk peduli  lingkungan dan membantu sesama terutama mereka yang terkena musibah bencana. Peran aktif organisasi RAPI dalam penanggulangan bencana selama ini telah menciptakan jalinan kerjasama yang baik dengan masyarakat luas.

Di samping Radio Antar Penduduk, juga perlu diaktifkan kembali peran radio komunitas, yang efisiensi dan efektifitasnya lebih dekat dengan user dalam hal ini masyarakat pendengar, tidak hanya terbatas pada jaringan tertentu saja. Radio siaran yang awalnya hanya dikenal sebagai sarana hiburan, kini semakin menunjukkan perannya dalam informasi kebencanaan. Informasi tersebut menjadi rujukan warga untuk menghindari risiko dan terjadinya korban lebih besar.

Untuk menguatkan keberadaan radio ini, kita masyarakat yang hidup berdampingan dengan bencana diharapkan dapat bersinergi serta saling dukung dengan RAPI dan Radio Komunitas yang ada di daerah. Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam hal ini sangatlah penting sebagai koordinator dan motor sinergisitas penanggulangan bencana di daerah termasuk dengan Radio Antar Penduduk dan Radio Komunitas.
Pernah dimuat di : kompasiana
Protected by Copyscape Web Plagiarism Detection

Senin, 27 Juni 2011

Indonesia Laboratorium Terbesar Bencana Alam di Dunia

Melihat kejadian bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia akhir-akhir ini dimulai dari gempa dan tsunami serta diikuti letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan sebagainya sepertinya bagaikan mengabarkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang sangat ‘rentan’ terhadap bencana demi bencana. Tak kurang dari ratusan kali gempa telah terjadi di sepanjang tahun 2009 dan 2010, baik gempa yang terasa maupun tidak.  Beberapa kali tsunami yang mematikan tercatat bahkan salah satunya merupakan tsunami terbesar di abad ini.

Banjir silih berganti terjadi dan menerjang beberapa daerah, tak terkecuali ibukota Negara kita Jakarta pun dilibasnya tanpa pandang bulu. Belum habis bencana itu, gunung Sinabung dan Merapi pun ‘menyalak’ ratusan korban kembali jatuh, ribuan pengungsi harus diakomodasi. Begitulah kejadian bencana silih berganti terjadi, belum habis satu bencana selesai sudah menanti bencana lain yang lebih besar.
Indonesia memang berada pada jalur rentan bencana, bahkan dibandingkan dengan Jepang sebagai negara langganan gempa sebelumnya telah ‘dikalahkan’ oleh Indonesia akhir-akhir ini. Ribuan ahli berduyun-duyun datang ke Indonesia untuk melihat dan meneliti kejadian tsunami Aceh, gempa Bengkulu, gempa Jogja, gempa Padang, gempa dan tsunami Mentawai, gempa Nias, gempa Simeulue, letusan Merapi dan Sinabung. Ratusan tulisan, telaahan, tesis bahkan disertasi telah dihasilkan dari keadaan bencana Indonesia. Puluhan ahli telah lahir akibat kejadian itu dan beberapa ahli gempa, tsunami, letusan gunung berapi senior semakin ahli dan mumpuni dan semakin mantap keahliannya setelah mempelajari dan mengamati bencana Indonesia.
1290050779185283523
Pacific Ring of Fire
Secara akademisi dalam kejadian ini Indonesia telah menyumbang ilmu pengetahuan bagi para ilmuwan yang tidak sedikit. Bagi mereka Indonesia bagaikan laboratorium alam yang sangat ‘berharga’ dan bernilai scientifik. Mereka takjub sekaligus kasihan dengan negara kita namun jauh dilubuk hati ilmuwan mereka, terlepas dari sisi mana kita memandang, mereka ‘berterimakasih’ atas keadaan ini.
Tak perlu kita menyesali keadaan geografis negara kita dengan segudang ancaman bencana ini, sebenarnya di belahan manapun di dunia ini tak ada satupun daerah yang aman terhadap bencana. Tiggal lagi bagaimana kita bisa memanfaatkan momentum keadaan untuk sebesar-besar kemaslahatan umat manusia.
Kita bisa memetakan keadan geografis negara ini untuk menjadikan Indonesia sebagai laboratorium terbesar bencana alam di dunia berdasarkan kerentanan wilayah masing-masing terhadap bencana, untuk menjadikan beberapa daerah sebagai laboratorium alam yang resmi dan difasilitasi oleh negara, sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkan dari kejadian bencana di Indonesia bisa menjadi bermanfaat bagi Indonesia dan kemanusian.
Seperti tsunami misalnya, laboratorium alamnya bisa di wilayah perairan pantai barat Aceh dan sekitar Simeulue, kemudian gempa bumi bisa di sekitar Mentawai atau Nias, Gunung berapi di daerah Jawa Tengah sekitarnya, tanah longsor di daerah Sumatera Barat dan lain-lain sebagainya.
Terakhir, Hidup dengan bencana bukan berarti membuat kita pesimis dan takut dan bukan berarti juga kita berani mati, namun bencana bisa membuat kita lebih arif dan dewasa serta bersabar dengan segala ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Lebih dari itu dengan bencana bisa membuat manusia saling berbelas kasih dengan sesama, melahirkan empati, memperkuat silaturrahmi serta dapat meningkatkan ilmu pengetahuan manusia untuk lebih waspada di masa-masa akan datang.
Pernah dimuat di  kompasiana
Protected by Copyscape Web Plagiarism Detection

Beach Naupaka

Subang-subang atau scaevola sericea atau beach naupaka adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh menyemak di sepanjang pantai mulai dari wilayah Pacifik sampai ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan tentu saja Pulau Simeulue. Tidak banyak masyarakat di dunia, termasuk masyarakat kedokteran baik western maupun oriental yang mengetahui apa manfaat yang dikandung oleh subang-subang sebenarnya. Oleh masyarakat Hawai di Pacifik hanya menganggap bahwa beach naupaka begitu mereka menyebut namanya hanya sebagai tumbuhan perdu yang berbunga putih dan tumbuh di sepanjang pantai mereka.

Di Malaysia sedikit berbeda ternyata sejak sekian lama subang-subang telah  digunakan lebih bermanfaat sebagai obat untuk mengobati penyakit ruam-ruam kulit, hanya saja kita tidak mengetahui jenis ruam kulit yang bagaimana yang dapat disembuhkan oleh naupaka. Sedikit lebih berani, masyarakat Pulau Nias ternyata memanfaatkan naupaka ini sebagai oabat alternatif terhadap penyakit metabolik yang sulit disembuhkan yaitu penyakit Diabetes Mellitus atau DM atau kencing manis.
Sebaliknya masyarakat Pulau Simeulue sangat familiar dengan subang-subang ini, jika kita menyebut nama subang-subang maka sebagian besar masyarakat Simeulue akan mengarahkan pikiran mereka untuk sebuah penyakit yang endemis di Simeulue yaitu penyakit malaria.
Subang-Subang (Beach Naupaka)
Bagi masyarakat Simeulue, subang-subang adalah sejarah pemberantasan penyakit Malaria. Dalam buku Belanda, yang diterbitkan oleh pemerintah Belanda di masa penjajahan, bahwa sejak lama Simeulue adalah Pulau yang sering terjangkit oleh penyakit malaria. Sampai dengan saat ini masih banyak penduduk yang mangandalkan subang-subang sebagai obat alternatif malaria.
Ada kesempatan bagi para ilmuwan yang peduli terhadap perkembangan fitofarmaka (tumbuhan sebagi sumber obat) untuk mencoba mengembangkan subang-subang sebagai pilihan terapi beberapa penyakit masa depan. Karena sampai saat ini belum banyak literatur ilmiah yang membahas manfaaat subang-subang yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuwan sebagai bahan obat yang bermanfaat.
Sebuah kesempatan terbuka di depan mata, research bisa dilakukan, sebelum dunia luar mengklaim dan mematenkan subang-subang sebagai obat yang mahal.
Pernah dimuat di kompasiana
Protected by Copyscape Web Plagiarism Detection

Satu Dusun Gagalkan Program KB

Luar Biasa…itulah kata yang dapat keluarkan dari mulut ketika program KB ditolak mentah-mentah oleh masyarakat Dusun Laut Tawar Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue di Provinsi Aceh itu. Penolakan berjamaah itu dikomandoi oleh Sang Kepala Dusun dan diaminkan oleh hampir seluruh masyarakatnya.

Alasan penolakan itu diutarakan oleh masyarakat Dusun Laut Tawar ketika beraudiens dengan Wakil Bupati Simeulue Drs. M. Yunan T pada hari kamis lalu 12 Mei 2011 di halaman SD Laut Tawar pada saat pembukaan kegiatan Pengobatan masyarakat tertinggal, perbatasan dan kepulauan (Program DTPK Kemenkes) dengan harapan dan tujuan untuk segera memenuhi persyaratan permohonan pemekaran Dusun mereka untuk menjadi sebuah Desa definitif.
Alasan yang sedikit masygul ditengah-tengah kondisi masyarakat yang tertinggal dan miskin yang melilit kehidupan mereka, walau mereka tahu bahwa perencanaan kelahiran akan memberikan mutu kehidupan dan kesehatan lebih baik, namun cita-cita yang sudah menjadi harga mati untuk segera menjadikan Desa yang definitif yang merupakan impian yang tak bisa ditawar-tawar lagi sejak tahun 1999 lalu, sehingga program nasional KB unt13052885071686484232uk sementara ini mereka tolak mentah-mentah.
“Kami akan melaksanakan KB segera setelah cita-cita kami berhasil” Ungkap seorang Bapak sambil menggendong anak keenamnya dengan senyum penuh arti…
Seorang Ibu berkata ‘Kalau sudah menjadi Desa, kami tidak lagi bepergian satu hari penuh ke Desa induk hanya untuk mengambil jatah beras miskin kami’
Di Dusun ini akan mudah didapati jumlah anak berkisar antara 5 sampai 11 orang dalam sebuah keluarga, dengan kondisi rumah yang sangat sederhana dan hygiene sanitasi juga rendah.
Dengan jumlah penduduk yang saat ini 300 orang, cita-cita mereka akan membutuhkan upaya 3x lebih banyak lagi sehingga bisa mencapai minimal syarat sebuah Desa yaitu 1000 penduduk.
Masyarakat Dusun ini harus melewati 7 gunung sebelum bisa sampai ke ibukota Desa Amabaan, dengan jarak 12 km yang ditempuh mayoritas masyarakatnya dengan berjalan kaki, setengah hari berjalan baru sampai ke Desa Induk dan jika pulang pergi memerlukan waktu satu harian penuh. Akses kenderaan yang dipunyai masyarakat Dusun hanyalah beberapa buah sepeda motor, sementara kondisi jalan masih berbentuk jalan terobosan.
Sambil berseloroh tim kami yang syok melihat penolakan ini berujar miris ‘Mungkin masyarakat Dusun lebih suka melewati 2 gunung yang ada di rumah ketimbang 7 gunung…hhmmm….yaaahh…!’
Pernah dimuat di kompasiana
Protected by Copyscape Web Plagiarism Detection

Minggu, 26 Juni 2011

Rumah Sakit Kandang Kerbau


Rumah Sakit bagaimana ini? Apakah Rumah Sakit seperti kandang kerbau atau Kandang Kerbau yang dirubah menjadi rumah sakit?
Pertanyaan yang wajar bagi kita yang lekat dengan dialexia Melayu. Seperti saya pertama kali jua mendengar Rumah Sakit ini. Penasaran dan berbagai pertanyaan terlintas di pikiran, bagaimana mungkin kota sehebat Singapore punya rumah sakit mentereng terkenal se Asia Tenggara tapi bekas kandang kerbau?
Begitulah halnya, awalnya lokasi rumah sakit hebat ini memang bekas kandang kerbau. Sekarang ini istilah Kandang Kerbau telah mereka singkat menjadi KK, bagi para senior mereka masih lekat dan ingat dengan kandang kerbau, namun bagi generasi muda rata-rata telah melupakan kandang kerbau, dan lebih dekat dengan istilah KK saja. Jika kita tanyakan istilah kandang kerbau mereka bingung, tidak sebaliknya jika ditanyakan KK Hospital.
Awal berdirinya, lekat dengan problem masalah angka kematian bayi dan angka kematian ibu yang tinggi di Singapore. Problem yang sama yang dihadapi oleh Indonesia kala itu.
Pada tahun 1958 KK Women's and Children's Hospital didirikan, sejak didirikan sampai dengan sekarang KK (Kandang Kerbau) Hospital telah menjadi pusat rujukan tersier untuk Obstetri, Ginekologi dan Nenonatologi kawasan regional. Rumah Sakit dengan 830 tempat tidur itu memberikan layanan terpadu untuk menangani kondisi risiko tinggi penyakit pada wanita dan anak-anak.
Mempunyai lebih dari 400 spesialis yang mengadopsi pendekatan multi disiplin dan holistik, KK Hospital menangani pasien menggunakan inovasi dan teknologi terbaru penanganan kasus. Sebagai pusat penelitian mereka terus mengembangkan inovasi-inovasi.

     KK Hospital
Saat ini Rumah Sakit yang dipimpin oleh Prof Ivy Ng sebagai CEO ini mencapai kemajuan dengan Angka kematian perinatal rumah sakit 4,92 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 1,99 per 1.000 kelahiran hidup dan dinilai termasuk yang terbaik di dunia.
Berbagai prestasi yang pernah dicapai antara lain Onkologi Ginekologi Konsultan KKH yang pertama di Singapura yang melakukan histerektomi radikal laparoskopi, histerektomi radikal alternatif invasif minimal, Pusat Gangguan tidur layanan pertama di Asia yang akan diakreditasi oleh Masyarakat Thoracic Australia dan Selandia Baru (TSANZ) dan Sleep Australasia Association (ASA) dalam mengelola gangguan tidur pada anak-anak, Rumah Sakit yang pertama di Asia Pasifik untuk menggunakan generasi sistem digital mamografi berikutnya, MammoDiagnost DR, Kemudian Akreditasi KKH dengan International Joint Commission (JCI) diperbarui pada Januari 2009, menegaskan kembali kepatuhan rumah sakit ini dengan standar internasional mengacu pada keselamatan pasien dan perawatan, dan berbagai capaian-capaian lainnya.
Begitulah jika pekerjaan betul-betul dilaksanakan dengan kekuatan cita-cita, pelan tapi pasti bekas kandang kerbau pun  bisa disulap menjadi rumah sakit terbaik di Asia Tenggara, bahkan tak menutup kemungkinan menuju capaian yang lebih tinggi lagi. Kita pun bisa suatu saat, jika kita mau. Kita punya Kandang Sapi yang besar ada di Tapos. Kita jadikan KS Hospital, alias Kandang Sapi Hospital. Tapos dan Indonesia bisa terkenal, Sapi punya nama Indonesia juga punya nama... ;-D
Pernah dimuat di kompasiana
Protected by Copyscape Web Plagiarism Detection